Selasa, 02 Juli 2013

FILSAFAT


By on 19.39


FILSAFAT
 
    1. Latar belakang timbulnya filsafat

a.   Heran, kagum, dan takjub terhadap alam semesta dan peristiwa peristiwanya.
Pertama tama bangsa Yunani dalam menghadapi alam semesta beserta peristiwanya itu, yang muncul dari rasa heran, kagum dan takjub adalah percaya adanya mitologi.  Karena mitologi mitologi itu merupakan percobaan untuk mengerti.  Mite mite sudah memberi jawaban atas kekaguman dan keheranan manusia pada waktu itu. Kemudian mereka mulai mengadakan beberapa usaha, seperti mensistematiskan mite, menghubung hubungkan antara mite mite, dll. Akirnya mereka mulai berpikir secara serius dan muncullah filsafat.

b.   Timbulnya kesusastraan Yunani.
Kesusastraan dimaksud bukanlah dalam arti sempit, seperti puisi atau sebangsanya, melainkan dalam arti yang seluas luasnya, sehingga dapat meliputi seperti, teka teki, dongeng, ceritera pendek, syair, dll.  Kemudian karya sastra seperti inilah yang mulai dipakai sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.  Contoh, yaitu syair syair dapat berperan sebagai  pendidikan, hal ini bisa dibandingkan di Jawa atau Bali seperti wayang dan semacamnya.


c.   Pengaruh ilmu pengetahuan yang sudah terdapat di Timur Kuno.
Hal ini dipahami dari datangnya ilmu ukur dan ilmu hitung yang sebagian besar datang dari Mesir. Ilmu ini di Mesir digunakan untuk mengukur dan menghitung wilayahnya yang terkikis sungai Nil. Tetapi bagi bangsa Yunani, ilmu pengetahuan itu tidak dijalankan dalam konteks praktis saja. Mereka mulai mempelajarinya dengan tidak mencari untung (Inggris: disinterestedly) saja, melainkan dipraktekan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi untung yang letaknya di luar ilmu pengetahuan.

2. Definisi Filsafat
a.   Menurut Plato, bahwa filsafat adalah ilmu pength. yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
b.   Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu pength. Yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
c.   Menurut Descartes, bahwa filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
d.   Menurut Notonagoro, bahwa filsafat mengelola hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan tindakan yang tidak berobah, yaitu disebut hakekat.
e.   Menurut Everton, bahwa Philosophy is love of learning, Philosohy is an interpretation of live, its value and meaning, Philosophy provides us with a rational view of the world.
f.    Jadi menurut penulis, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang ada dengan mendalam sampai ke hakekatnya.

3. Ciri ciri Orang Berfilsafat
a.   Universal, artinya dalam berpikir tidak berkaitan dengan hal-hal khusus, melainkan berkaitan dengan idea-idea besar, misal: bukan menanyakan berapa harta anda disedekahkan, namun apa keadilan itu, dsb.
b.   Spekulatif, artinya berpikir yang melampaui batas batas bidang pengeth. Ilmiah, berpikir untuk menduga apa yang akan terjadi, dan berpikir terkaan terkaan yang cerdik thdp hal hal di luar pength, kematian, kebahagiaan sempurna, dll
c.   Nilai nilai (Inggris: values), artinya berpikir tentang keputusan penilaian, seperti nilai moral, nilai estetis, nilai sosial, nilai religius, dll. Dalam hal ini nilai sifatnya abstrak yang melekat pada suatu hal, sehingga dapat menimbulkan rasa senang atau puas terhadap halnya.
d.   Kritis, artinya dalam berpikir mengahadapi sesuatu hal tidak menerima begitu saja, namun memeriksa dan menilai asumsi asumsinya, mengungkapkan arti, dan menentukan batas penerapannya.
e.   Sinoptik, artinya meninjau hal yang menjadi objeknya secara menyeluruh, yaitu berusaha mengadakan generalisasi, menganalisa, mensintesakan, dan mengadakan integrasinya. Jadi mencakup setruktur kenyataan secara menyeluruh.
f.    Radikal, kata ini berasal dari lata Yunani “radix” artinya akar. Jadi berarti berpikir sampai ke akar akarnya, yaitu berpikir sampai ke hakikat, esensi atau substansi yang dipikirkan.
g.   Konseptual,  artinya berpikir sampai ke hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal hal dan proses individual. Misal: berpikir tentang manusia tidak secara khusus, melainkan manusia secara umum, seperti: apa hakekat manusia ?.
h.   Koheren dan konsisten, arinya dalam berpikir  sesuai dengan kaidah kaidah berpikir (logis), dan tidak mengandung kontradiksi.
i.    Sistematis, , artinya dalam berpikir merupakan kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan untuk mencapai suatu maksud dan tujuannya.
j.    Komprehensif, artinya dalam berpikir mencakup secara menyeluruh, sehingga tidak ada satupun yang tertinggal di luarnya.
k.   Bebas, artinya bebas dari prasangka prasangka sosial, historis, kultural, religius, dan lain sebagainya.
l.    Bertanggung jawab, artinya berpikir yang bertanggung jawab, misalnya: dalam berpikir ada pertanggung jawaban terhadap hati nuraninya sendiri.

4. Objek Filsafat

Objek Filsafat:
Objek filsafat ada dua jenis, yaitu:
a. Objek materiil.
b. Objek formil.
 
5. Cara memahami objek material filsafat.
Pemahaman pertama atas segala sesuatu ialah pemahaman mengenai suatu yang identik.  Artinya, bahwa “Sesuatu” itu Sesuatu yang tertentu, dan bukannnya sesuatu yang lain. Yaitu: “Ini” adalah Ini dan bukan Itu.  Kelanjutannya berupa suatu konsep, bahwa A=A, A bukan non A, segala sesuatu itu A atau non A. Contoh kongkritnya ialah bahwa “Mangga” itu Mangga. 
 Jadi terdapat suatu keteraturan, bahwa kalau kita menanam  biji mangga, maka kita pada suatu waktu akan memetik buah mangga. Mengapa ?. Karena segala sesuatu itu identik dengan hakekatnya, jati dirinya. Segala sesuatu itu menjadi sesuatu di dalam suatu kerangka himpunan hal hal, sedemikian rupa sehingga pemahaman tentang sesuatu juga kita peroleh melalui vector, atau medan keberadaannya.  Suatu alat rumah tangga misalnya, yang kita kenal sebagai “Meja”, kita takrifkan sebagai “Alat Rumah Tangga” yang isi pengertiannya plus terhadap pengertian Alat Rumah Tangga, namun yang wilayah berlakunya pengertian “meja” lebih sempit daripada wilayah yang dicakup oleh pengertian Alat Rumah Tangga. Suatu Subjek yang didefinisi harus lebih sempit dari Predikatnya, dan juga lebih kongkret.  Rumusnya ialah : S < P. Lalu kalau kita bertanya : Semua ini apa ?.  
Sesuai dengan aturan di atas, Sesuatu itu, yaitu Semua, yang harus merada pada sesuatu yang keluasannya melebihi Sesuatu yang kita sifatnya sebagai Semua itu tadi.  Kalau begitu, maka Semua itu bukan Semua, sebab masih ada sesuatu yang mengatasi kesemuanya. Baru membicarakan suatu hal yang kita sebut “Semua” saja, kita berhadapan dengan sesuatu, yang mau tidak mau kita lalu .......(merenung) .  Jadi yang namanya “semua” adalah disebut “ada”.  Artinya: ada dalam realita (kenyataan), ada dalam pikiran, dan ada dalam kemungkinan.


About Syed Faizan Ali

Faizan is a 17 year old young guy who is blessed with the art of Blogging,He love to Blog day in and day out,He is a Website Designer and a Certified Graphics Designer.

0 komentar:

Posting Komentar